Sabtu, 15 Juli 2023

5 Fakta Jaran Slining, Budaya Khas Lumajang yang perlu dilestarikan



 Tahun 2000-an Kabupaten Lumajang menjadi lebih berwarna dengan penggalian lagi kebudayaan-kebudayaan Lumajang yang mulai sirna, termasuk kesenian Jaran Slining. Kesenian ini diangkat lagi oleh pemerintah, dimodifikasi dan dikolabarasi dengan unsur baru sehingga tetap bisa dinikmati oleh masyarakat. Tak serta merta merubah bentuk asal Jaran Slining itu sendiri, pemerintah juga mengadakan seminar dengan mengundang tokoh-tokoh budaya, kelompok kesenian dan sanggar-sanggar tari di Lumajang agar mau bersama menghidupkan kesenian Jaran Slining.

Berikut 5 Fakta Jaran Slining yang perlu diketahui Generasi Millenial

1. Merupakan Bagian dari Jaran Kencak



Jaran Slining merupakan bagian dari Jaran Kencak. Jaran Slining bisa dimaknai Sak Slining. Karakternya lucu. Geraknya lincah khas jaran kencak, meloncat-loncat .Munculnya pertunjukan Jaran Slining di Lumajang pada sekitar tahun 1983 sangat terkait dengan keberadaan Jaran Kencak.

2. Berbentuk arak – arakan 



Pertunjukan Jaran Slining biasanya berbentuk arak-arakan. Pertunjukan Jaran Slining biasanya menyertai pertunjukan Jaran Kencak, sehingga arena yang digunakan pada umumnya menggunakan jalan raya/jalan setapak. Perkembangan Jaran Slining yang sekarang telah terlepas dari pertunjukan Jaran Kencak. Arena yang digunakan disamping menggunakan jalan raya, juga dipentaskan di panggung untuk hiburan saat orang punya hajat manten, sunnat atau kegiatan lainnya yang bersifat hiburan. Jaran Slining yang berkembang sekarang lebih banyak digunakan untuk acara-acara ceremonial atau festival, lomba-lomba, sudah tidak memiliki fungsi ritual/upacara, sehingga Jaran Slining lebih banyak berkembang di sanggar-sanggar tari dari pada perkumpulan Jaran Kencak.

3. Biasa Dimainkan Oleh Dua Orang



Jaran slining, pertunjukkan tari asal Lumajang yang merupakan turunan dari kesenian Jaran Kencak. Biasa dimainkan oleh dua orang berpasangan. Satu orang sebagai penari yang menunggangi kuda-kudaan dan satu orang lagi sebagai pengencak yang membawa yang membawa pecut. Keduanya menari diiringi dengan iringan musik dari gendang, danglung, dan gong.

4. Tidak ada Gerakan Pakem



Tidak ada gerakan pakem yang digunakan untuk pertunjukkan Jaran Slining, bebas untuk berkreasi sesuai dengan alunan musik. Gerakan dalam Jaran Slining yang bebas tanpa aturan dianggap sebagai apreasiasi manusia yang pada zaman dahulu menunggangi kuda sebagai transportasi sekaligus olahraga yang digemari.

5. Kostum Yang Digunakan Meriah



Kebudayaan ini lahir dari akulturasi budaya Jawa dan Madura dilihat dari kostum yang dipakai. Dua penari Jaran Slining menggunakan pakaian dengan corak dominan warna merah, kuning, dan hijau. Warna-warna mencolok itu melambangkan keberanian, kelembuatan, dan keceriaan.

Tampilan dari penampil Jaran Slining pasti tampak meriah dengan memakai aksesoris kepala dan kuda yang biasanya terbuat dari anyaman bambu, bahkan pada zaman sekarang kuda-kudaan yang dibuat mirip dengan aslinya.

Sebagai generasi muda, sudah sepantasnya bagi kita untuk mengenal dan ikut melestarikan warisan budaya dari para leluhur.

Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=3326

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi PRABOWO GEMOY terbukti berhasil ?

Generasi  Muda  yang  terkesan  sedikit  santai  tentusaja  enggan  untuk terlalu  memikirkan hal – hal yang cukup rumit. Tim Kampanye Prabo...