Rabu, 30 Agustus 2023

Baca Novel Gratis Voice Chapter 2 : Suara itu

 


“Pagi yang cukup cerah untuk jiwa yang sepi. Mereka bilang setiap hari kita harus minum susu, untuk menghadapi dunia tipu tipu yang terkadang mirip asu (anjing)”

Hari ini 17 Februari, Carson sudah dipusingkan dengan Noa, assisten John yang akan mengantar dia menuju bandara.

Bel apartemennya berbunyi berulang - ulang. Ini baru jam 6 pagi dan siapa brengsek yang berani menganggunya jam segini. Ingin sekali Carson mematahkan dan meremukkan tangannya. Sungguh menggangu sekali! Ini terlalu pagi untuk membuka mata. Kepala masih nyut nyutan tidak karuan.

Ah berengsek sekali!! Carson mengumpat! Dengan susah payah dia bangun dari tidurnya. Membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Saat dia membuka pintu dia melihat Noa yang sudah menunggu. Noa kemudian menyapanya

"Tidakkah kau tau ini jam berapa, brengsek?" Umpat Carson

"Tuan John menyuruh saya datang untuk menjemput" jawab Noa sopan

"Astaga, pria tua itu..tidakkah dia bisa sedikit saja tidak mengangguku dipagi hari!!" Carson memegangi kepalanya.

Carson kemudian menyuruh Noa masuk dan mengambil koper yang sudah dia siapkan tadi malam untuk dibawa ke mobil.

Meskipun Carson sangat muak dan ingin menghancurkan Noa karena merusak mood paginya, tapi ia masih sadar untuk tidak melakukannya. Noa hanya melakukan tugas dari pria tua yang ia ingat adalah ayahnya.

Carson kemudian masuk kekamarnya dan mengambil handphone untuk menelpon ayahnya. Ia ingin mengeluh seperti biasanya!

"Pria tua, kau memiliki jam dirumah bukan?"tanya Carson

"Apa kau sedang meragukan kekayaan John Abraham?"

"Dan jam dirumah mungkin hanya untuk pajangan dan kau tak tahu cara melihatnya?"

"Kau pikir Daddy mu ini sudah buta?"

"Jam berapa sekarang?" 

"Jam enam pagi"

"Apakah pantas seseorang menganggu di jam enam pagi?"

"Siapa yang mengganggumu?"

"Pria tua yang bernama John Abraham anak dari William Abraham"

"Aku?aku sekarang sedang dirumah menunggu masakan dari ibumu"

"Thats not the point daddy!!" Carson berteriak

John menjauhkan handphone nya dan tertawa. Sungguh menyenangkan sekali mengganggu Carson. Melihat kembali ekspresinya yang berubah ubah. Sudah cukup lama, hampir empat tahun. John rindu sekali melihat Carson yang dulu.

Kejadian itu telah membuat Carson berubah menjadi pribadi yang dingin. Padahal sebelumnya Carson adalah seseorang yang ceria dan ekspresif.

Kejadian yang meluluh lantakkan kebanggaan seorang pria. Hingga hidup pun seperti mati rasa.

"Cepatlah berangkat, boy!"

"Berhenti menggangguku saat aku sudah di indonesia!"

"Ya ya ya" John langsung mematikan sambungannya.

Disebrang sana Carson mengumpat ingin menghancurkan handphone nya! Ia kemudian melemparnya keatas kasur. Jika menghancurkannya terlalu merepotkan untuk membeli handphone baru.

Carson membuka bajunya. Oh shit!!! Bentuk badannya sungguh luar biasa. Siapa yang tidak meneteskan air liur saat melihatnya. Tinggi 180 cm, kulit putih dan wow! Delapan roti sobek diperutnya! Perut yang liat dan kotak kotak itu, begitu menggairahkan untuk dijamah. Wajahnya yang tegas, hidung yang mancung. Carson adalah salah satu mahakarya yang luar biasa. Seperti titisan Dewa Yunani, Menggiurkan sekali!!.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Carson sudah sampai di bandara. Dia kemudian menuju jet pribadi milik keluarganya. Ya, kalian tidak salah membaca, siapa yang mau naik pesawat komersil jika dia adalah anak dari orang nomer 6 terkaya di Asia. Keluarga Abraham adalah jajaran konglomerat yang sangat kaya. Perusahaannya sangat banyak sekali.

Selang beberapa lama penerbangan akhinya dia tiba di bandara Juanda Surabaya. Beberapa orang sudah menunggu dan menyambutnya. Yah mau bagaimana lagi, Carson adalah salah satu petinggi di Perusahaan Wind Group. Raksasa bisnis milik keluarga Abraham. Tidak ada penyambutan? Itu tidak mungkin.

Kali ini yang datang menyambutnya adalah Direktur Unit Gresik dan beberapa staf. Carson kemudian menyapanya dan mereka akhirnya melanjutkan perjalanan ke Gresik .Perjalan cukup makan waktu, sekitar satu setengah jam.

***

“Tak sebesar Surabaya, tapi tidak buruk juga” Batinnya

Sejak menginjakkan kaki di kota Gresik, Carson Abraham merasakan sedikit aneh pada dirinya. Ada rasa nyaman yang tiba tiba datang. Ada rasa yang seperti hilang namun sudah ditemukan.

Perasaan apa ini? gumannya. Ada rasa yang hangat, seperti pulang ke rumah. Apa karena ini di Jawa timur? Tempat Bara Pradipta pernah tumbuh dewasa? Orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya

Kukira aku akan muak dengan tempat ini. Tapi kenapa saat menginjakkan kaki disini terasa berbeda. Dan dengan suara asing ini, kenapa begitu bahagia mendengarnya. Dirumah ini ia sendiri, tapi kenapa ia mendengar suara wanita? Apakah mungkin hantu? Tapi tidak ada rasa ketakutan saat mendengarnya!. Nyanyian nada sumbang, tidak! lebih tepatnya cempreng dan buta nada. Suara siapa itu? Kadang hilang kadang muncul. Ah,semesta ini,apa sedang bercanda? Sungguh ini tidak lucu!.

Carson kemudian merebahkan dirinya.

Hari ini dia tidak ingin langsung berangkat ke pabrik. Dia mau santai sejenak. John juga tidak akan menganggunya. Membolos sehari saja. Mereka sudah mencapai kesepakatan bahwa John dilarang keras untuk menganggunya saat ia sudah di indonesia.

Ia kemudian mengingat percakapan dengan Bara , sahabatnya sekaligus adik iparnya yang sudah dahulu pergi ke surga. Seseorang yang telah memberikan hati untuknya dan membuatnya sehat seperti saat ini.

"Kau percaya jika aku bisa mendengar suara hati seseorang?" Tanya bara

"Dan coba sekarang tebak apa yang sedang aku bicarakan di hatiku!" jawab Carson

"Aku hanya bisa mendengar suara hati satu orang! Bukan semua Orang"

"Menarik" Carson menaikkan satu alisnya

"Tentu"

"Mau bercerita?"

"Kau ingat aku pernah di besarkan di panti asuhan di Lumajang, Indonesia kan?"

"Tentu! keluarga kami donatur tetap disana. Dan kami juga menemukanmu juga disana."

"Aku mendengarnya disana! Suara itu"

"Tidak kah itu berisik?" Tanya Carson penasaran


"Berisik tapi cukup menyenangkan"

"Lalu?"

"Aku merindukannya! Suara itu" ucap Bara sambil tersenyum

"Hei, kau mau Sherly adikku mengamuk?" Carson mengingatkan Bara tentang adiknya yang pencemburu

"Hahahaha...cukup mengerikan melihatnya cemburu"

"Kau tahu itu, tidakkah adikku bisa memenuhi hatimu?"

"Tidak" Bara tersenyum

"Kau tidak takut aku menghajarmu?"

"Apakah hati perlu dipaksa? Aku sudah menyerahkan ragaku dan waktuku untuknya"

"Benar-benar brengsek!"

"Aku tahu"

"Kau...benar benar bajingan."

"Jika kau bertemu dengannya, bisakah kau menjaganya?"

"Siapa?"

"Wanita itu"

"Apa kau gila?bagaimana aku bertemu dengannya?aku di Singapore bro! Dan kenapa tidak kau sendiri yang melakukannya?"

"Kau tahu itu tidak mungkin kan? Semesta punya caranya sendiri untuk mempertemukanmu dengannya." Bara merenung

"Kau sedang kerasukan? kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?"

"Hanya ingin"

"Berhentilah berpikir konyol!itu hanya masa lalu saat kau kecil!"

"Dan sekarang mungkin dia sudah jadi wanita usia 26 tahun yang lucu dan menggemaskan"

"Weird!!"

Percakapan itu terlintas kembali di pikiran Carson. Ia segera terduduk. Jadi ini yang dimaksut Bara? Suara ini? Apa karena sekarang Hati Bara ada ditubuhku? sehingga aku bisa mendengarnya? Tapi bukankah dia bilang wanita itu ada di Lumajang? Apa wanita itu pindah kesini?

Dan apakah wanita itu adalah alasan kenapa aku nyaman ditempat ini? Apalagi yang sedang semesta siapkan untuk hidupku ini? ini sungguh menarik, sangat menarik. Aku akan menunggunya, tentang takdir yang menghampiri. Tentang hal baru yang mungkin akan terjadi. Sebuah misteri yang mungkin akan segera terungkap dengan pasti...sangat menarik...batin Carson.

*Mohon bantuan Like Komen Dan Follow ya kak . Kritik dan saran sangat diharapkan demi lebih berkualitasnya tulisan. 

Voice Chapter 3 :

Daftar Isi Novel Voice

Voice Chapter 1 : Tradisi Abraham


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi PRABOWO GEMOY terbukti berhasil ?

Generasi  Muda  yang  terkesan  sedikit  santai  tentusaja  enggan  untuk terlalu  memikirkan hal – hal yang cukup rumit. Tim Kampanye Prabo...